rabu pungkasan

Sekilas Tentang

Upacara Rebo Wekasan merupakan upacara adat yang diselenggarakan/ terdapat di desa Wonokromo, kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul. Disebut Rebo Wekasan/pungkasan karena upacara ini dilaksanakan pada hari Rabu terakhir bulan Sapar yang kono merupakan pertemuan antara Sri Sultan Hamengku Buwono I dengan Kyai Faqih Usman.
Lokasi
Wonokromo, Pleret, Bantul
Waktu Pelaksanaan
Kegiatan ini dilaksanakan setahun sekali pada hari Selasa malam Rabu pada Minggu terakhir bulan Sapar.
Maksud Kegiatan Pertama Kali Dilaksanakan
Penyelenggaraan upacara adalah sebagai ungkapan rasa syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa serta memperingati Kyai pertama Wonokromo Faqih Usman yang mampu menyembuhkan bermacam-macam penyakit dan memberikan nasehatnya untuk kesuksesan usaha atau yang lain.
Berkaitan dengan Agama
Islam
Jalannya Prosesi Upacara
Prosesi upacara dimulai dengan adanya pasar malam selama satu minggu dengan berbagai stan-stan permainan dan berjualan. Puncak upacara adalah kirab lemper raksasa berukuran tinggi 2,5 m dengan diameter 45 cm. Lemper kemudian diarak dari masjid Wonokromo menuju balai desa Wonokromo sejaauh ? 2 km. Dalam kirab lemper ini diawali oleh Prajurit Kraton Ngayogjakarta Hadiningrat, menyusul kemudian lemper raksasa tiruan yang diusung oleh empat orang dan diikuti lemper yang berukuran sepanjang 10 cm dan 15 cm. Selanjutnya dibelakangnya adalah beberapa kelompok kesenian seperti salawatan, Kubrosiswo, Rodat dan sebagainya. Setelah lemper raksasa tersebut sampai di Balai Desa dan ditempatkan di sebuah panggung, lalu upacara dimulai dan dibuka oleh ketua panitia dilanjutkan sambutan-sambutan para pejabat di lingkungan pemerintahan. Kemudian puncak acara dilaksanakan dengan pemotongan lemper raksasa oleh pejabat tinggi serta dibagikan kepadatamu undangan. Demikian pulagunungan yang berisi berbagai makanan juga dibagi-bagikan.
Peralatan yang digunakan
Peralatan yang digunakan dalam upacara Rebo Pungkasan bermacam-macam dan pada umumya terbuat dari bambu, misalnya untuk tempat memikul lemper dan gunungan. Adapun makna yang terkandung dalam lemper tersebut untuk mengingatkan kepada masyarakat bahwa Sultan Agung adalah penggemar makanan lemper.